Walking Dead: The Members of JKT48 ep.6
"Tolong... Bunuh aku. Lindes kepalaku sebelum aku jadi zombie"
Permintaan terakhir fans kan Viny terus terngiang di telinga kami. Muka ka Viny pucet, ia memandangi kami dengan takut.
Kak Rona terdiam lalu berjalan masuk ke bagian supir mobil, namun Nadila berlari menahan kak Rona yang baru akan menginjak pedal gas. "JANGAN KAK", teriak Nadila. Kak Rona melotot dan menutup mulut Nadila, "Jangan teriak-teriak kamu nanti kedengeran zombie!" Katanya.
Aku terdiam bingung. Fans itu batuk darah makin banyak. Di kejauhan, bisa kulihat segerombolan zombie berjalan mendekat.
"Masa kita bunuh orang kak? Aku gamau bunuh orang!" Samar kudengar suara Nadila. Kak Rona keluar mobil, lalu menarik kami semua masuk ke dalam mobil. Aku duduk di belakang bersama kak Viny, sementra Nadila langsung duduk depan.
"Kak?" Tanyaku pada kak Rona yang berwajah keras. Tanpa ekspresi. "Pasang seatbelt kalian deh," kata kak Rona.
"KAK AKU GAMAU JADI PEMBUNUH", Nadila berteriak histeris. Kak Viny menangis lebih keras. Pelan, aku membayangkan bunyi tengkorak kepala manusia terlindas ban mobil. Aku membayangkan perasaan fans itu melihat ban mobil bergulir ke arahnya. Aku mual, mau muntah.
"Kita ga akan bunuh orang Nadila. Ga akan deh," Suara kak Rona bergetar. Mobil masih menyala, tapi kami tak bergerak. Di belakang, di kejauhan, kulihat gerombolan zombie makin mendekat. Suara geraman mereka mulai terdengar.
"Kak Rona kita pergi sekarang aja ya. Kita pergi ya?" Nadila terdengar memohon, namun kak Rona nyuekin. Suara geraman berpuluh-puluh zombie di belakang kami makin terdengar. Mereka sudah dekat.
"Kak?" Aku meraih pundak kak Rona, tapi dia hanya diam.
Sebentar lagi... Mobil kami akan diserbu zombie.
"KAK?!"
Kak Rona membalas teriakan aku dengan menabrak mobil ke belakang, tepat saat fans kak Viny sudah berubah jadi zombie dan berdiri. Mobil menabrak fans zombie itu sampai ke tembok, membuat bemper belakang penyok.
BRAAAAKKK
Aku menahan lontaran tubuh ke belakang kursi, kepalaku pusing terantuk head-rest. Kulirik, fans zombie itu patah tulang belakang dan jatuh ke tanah. Kak Rona maju sedikit, lalu melindas kepalanya. Darah dan cairan otak juga nanah kuning tumpah di aspal.
"KAK RONA MAJU!!!" Aku berteriak. Kak Rona menyetir mobil maju dengan cepat, sebelum gerombolan zombie sampai ke mobil. Satu zombie meraih bember belakang, tangannya tersangkut pada penyokal bemper. Nadila kembali berteriak histeris.
Kak Rona ngebut ke arah pos parkir yang hancur dan menabraknya. Pecahan kayu dan besi palang parkir menabrak mobil kami. Palang besi parkir itu terlempar ke zombie yg nyangkut di bemper belakang. Tangan zombie itu lepas dari badannya.
Mobil nyaris menabrak tembok saat keluar. DCIIIIITTTT! Kudengar gesekan mobil dan tembok. Kak Rona membanting stir lalu menginjak gas. Mobil melaju cepat, keluar dari parkiran dan FX, ke jalan raya.
Kak Rona kembali membanting setir, berusaha menghindari bangkai2 mobil. Diluar dugaanku, jalanan Senayan sepi.
Kak Rona terus menyetir ke arah pintu tol semanggi. Kami mulai tenang. Nadila tak lagi histeris. Kak Viny mengusap air matanya.
Sepi. Jantungku berdegup kencang. Ada apa ini?
Kak Rona melambatkan mobilnya. Di depan, aku melihat mobil berderet dalam kemacetan. Telingaku kemudian pengang dengan bunyi klakson. "Ini..." Suaraku bingung menggantung.
"Mereka gatau ada zombie apa?" Kak Rona terdengar kaget dan kesal. Aku melihat ke belakang, masih sepi. Kami seperti mobil di urutan terbelakang. Apa yang terjadi di Jakarta, selama kami kabur dari zombie di FX?
Satu orang di dalam mobil depan kami keluar, berteriak marah2. "Lebay banget..." Nadila berkomentar.
Tiba2, ada zombie yang berlari ke arah orang itu dan menerkamnya. Mendorong orang itu ke dalam mobil. Tak lama, zombie lain berlari dan ikut masuk ke dalam mobil. Kami terdiam. Sesuatu di dalam mobil depan kami pecah, membuat kaca mobil depan kami sekarang bersimbah arah.
Zombie...
LARI?!
Bukannya dari tadi zombie jalan dan ngga bisa lari. Ini... Kenapa ada zombie yg ganas berlari?!
Apa yang terjadi selama kami di FX?!
Nadila kembali berteriak ketakutan. Kak Viny meraih kak Rona di jok supir.
"Rona puter mobilnya sekarang!" Kak Viny berteriak kencang. Kak Rona reflek memutar mobil dan menjauhi kemacetan, berjalan melawan arah. Kembali ke arah FX?
"Kak jangan ambil arah HI. Kita ke arah GBK aja terus cari jalan ke Blok M!" Pikiranku kalut.
"AKU GAMAU BALIK KE SENAYAN!" Nadila membentak ketakutan. Aku juga bingung. Ke mana kami harus pergi.
"Kita cari daerah yang sepi!" Nadila lalu memberi ide yang langsung kubentak balik, "Ini Jakarta Nadila. Mana ada yang sepi?!"
Mobil sudah ke arah GBK saat kak Rona membentak balik, "JADI KITA KE MANA?!"
"Ke..."
Tapi kalimatku terpotong saat sebuah helikopter jatuh dari langit, dan meledak di hadapan kami. Kak Rona membanting setirnya panik, namun mobil terbanting, terhempas oleh ledakan.
Aku berpegangan sebisaku ke jok dan langit-langit mobil. Kami berteriak panik. Mobil berguling-guling lalu menabrak sebuah pohon besar yang jatuh di tanah, dalam posisi terbalik.
Aku terantuk menabrak langit2 mobil. Pandanganku kabur, dan ada nyeri panas dari atas kepalaku. Nyeri sakit luar biasa. Tenggorokanku sakit dan kering, badanku sakit di mana-mana. Kurasakan wajahku mendingin.
Darah mengalir dari kepalaku, membuat mataku pedih. Perlahan pandanganku mulai makin kabur. Aku melihat ke arah kak Viny, kepalanya juga bersimbah darah. Bajunya memerah. Ia menutup mata pingsan. Perlahan aku melihat Nadila dan kak Rona tergantung di kursi, badan mereka yang kebalik tertahan seat-belt. Darah menetes dari tangan kak Rona. Perlahan aku bisa mendengar nafas Nadila ditengah suara kesakitannya.
Perlahan mataku makin kabur. Segalanya jadi seperti tertutup kabut.
Perlahan semua ya gelap.
Menghitam
Segalanya
Gelap
BERSAMBUNG (?) TAMAT (?)
2015年2月9日の投稿とメンバーへのコメント