Priscillia Sari Dewi

2015年1月12日の投稿とメンバーへのコメント

Priscillia Sari Dewi   +398 137

Walking Dead: The Members of JKT48 ep.4

Ada saat2 kamu butuh lari sekuat tenaga tapi kakimu mulai lemas dan kayak ada tembok ngehalangin di depan
Mungkin pas kamu lupa buat PR terus dicariin guru kiler
Mungkin lupa bayar utang
Mungkin lagi ikut lari maraton
Atau mungkin, lagi berusaha kabur dari kejaran zombie

Aku yg lagi kabur dari kejaran zombie, dan kakiku mulai lemah kayak jeli.

"Ayo Sil!" Nadila nyemangatin aku, tapi dia terus jatuh kecapean. Palu di tangannya lepas karena keringet yg basahin telapak tangannya. Aku narik Nadila berdiri, "Iya Paw ayo, kita bisa" kataku.

Ke Nadila aku kasih tongkat baseball-ku, dan kuambil palunya. Tongkat baseball pegangannya karet, jadi bisa ga lepas walau tangan Nadila keringetan. Kuambil palu, lalu tertawa bentar. Mirip PP halloweenku, yaGRAAAAAGGHHH!

Perhatianku teralih pas ada zombie yg mendorongku dari depan. Nadila narik zombie itu berdiri, nyaris jatuh. Aku pukul kepala zombie itu pake bagian belakang palu yg tajem. Palu itu menancap di kepala zombie, dan susah kulepas. Sambil Nadila terus meganging zombie, kutarik palunya sampai sebagian tengkorak dan otak zombie itu lepas. Cairan otak dan darah kena ke muka aku sama Nadila.

Mataku mulai kabur. Fisik kami member JKT48 ga lemah. Kami selalu latihan fisik supaya punya stamina bisa manggung di teater, demi fans. Latihan lari push up sit up plank dan semacamnya, itu makanan wajib supaya bisa perform dengan baik di depan mata fans. Kami bisa kuat.

Tapi ini beda. Aku udah gatau berapa lama waktu lewat. 15 menit? 5 menit? 1 jam? Yang kulihat dari tadi hanya orang2 berusaha kabur dari serangan zombie, member2 panik berpencar, zombie menyerang, aku serang balik, darah, otak zombie yang menguning, potongan tengkorak yg membusuk. Hanya itu, diulang2 terus dan aku mulai mual. Mungkin ini namanya lelah jiwa, mental, yg lebih membuat cape dari lelah fisik.

Sekuat tenaga kami sampai di lantai 2, lalu terdiam. Eskalator yg rusak berhenti, dipenuhin mayat manusia dan zombie. Beberapa zombie berusaha naik memanjat eskalator dengan kesusahan, sementara sisanya sibuk berebut memakan mayat, merobek2 mayat itu dan aku bisa lihat isi perut mayat beterbangan. Suara desis dan geruman zombie memenuhi lantai 2, yg mulai sepi. Aku melihat ke sekitar, tak banyak orang. Dan sedikit zombie.

Lebih banyak zombie di eskalator, aku dan Nadila ga mungkin lewat sana. Nadila mundur perlahan dan mulai menangis kecil, stick baseball jatuh dari tangannya dan berdenting saat beradu dengan lantai. Suara itu menarik perhatian beberapa zombie di lantai 2 ini.

Tanganku juga mulai keringetan, pegangan palunya terasa licin. Kulirik di dekatku ada booth jualan makanan, dan di atas mejanya sebuah gulingan selotip hitam. Kuambil selotip itu, kulilit selotipnya ke tangan dan paluku jadi satu. Semoga palu ini ga jatuh lagi.

Zombie di lantai 2 mulai mendekat ke kami. Nadila yg sadar itu mulai pucat, bergerak mundur sampai ke tembok. "Kita gabisa kabur lagi. Kita gabisa kabur lagi." Katanya.

"Jangan nangis kalo kamu nangis aku juga nangis..." Ucapku. Aku mulai berair mata. Jantungku berdegup kencang, kaki ku makin lemas. Tak adakah harapan lagi? Kami akan mati di sini, gagal kabur dan kalah melawan zombie. Paru2ku mulai sesak, jantungku sakit. Kami akan mati.

Dena.
Dena masih menunggu di parkiran bawah.

Pikiranku yg teringat Dena yg kabur bersama kak Nobi mulai sakit. Aku gaboleh mati di sini, Nadila juga. Saat kamu berpikir akan gagal, kamu pasti gagal.

Jangan berpikir akan mati, bahkan di depan kematian. Terus berusaha hidup, sampai hidup datang lagi.

Usaha keras tak akan mengkhianati.

Aku melirik ke lantai 1. Jaraknya tidak terlalu tinggi, dan ada sebuah kafe kecil di sana dengan atab dan booth kayu. Di tengahnya, berbagai tumpukan barang seperti kopi-kopi, tas dan baju para pegawai, sekalian mayat pegawai-pegawainya.

Aku ingat, tubuh manusia 80%nya adalah air.
Aku menarik Nadila berdiri. Reflek ia mengambil stick baseball. Kutarik dia sampai ke pinggir pembatas lantai 2. Di sekitar, zombie2 mendekat.

"Kita ga boleh dan ga akan mati di sini. Kita lompat." Kataku.

Nadila menggeleng, namun zombie2 yg mulai mendekat tampak lebih seram dari lompat ke lantai 1. Nadila mengusap air matanya, lalu mengangguk.

Maafkan aku mas mba pegawai kafe. Terima kasih.

Aku dan Nadila melompat dari lantai 2, je booth kafe di lantai 1.

BRAAAAAAKKK kami menabrak booth kafe itu, dan jatuh di atas tumpukan barang dan mayat. Aku bisa merasakan debu kayu dan tumpukan kayu menimpa kami. Aku bisa merasakan nyeri luar biasa di lengan kiriku. Aku mendorong tumpukan tripleks kayu dari atas tubuhku dan Nadila, lalu kulihat sebuah kayu berpaku menusuk lengan kiriku. Aku berteriak kesakitan.

Nadila yg panik, sambil mengadub kesakitan, menarik kayu paku itu dari lenganku. Nyerinya makin terasa, dan membuat pikiranku jadi fokus. Kami masih harus kabur.

Seluruh tubuh ini nyeri dan sakit, sampai ke tulang. Namun tidak ada tulang yg patah. Laju jatuh kami berhasil tertahan.

Nadila mengusap air matanya, lalu menarikku. Zombie mulai berdatangan. Kami berlari ke arah depab Lobby.

Pintu kaca lobby mal FX pecah berkeping2. Aku bisa melihat mayat orang tertusuk di sana, dan zombie2 yg tertusuk kaca namun masih bergerak2, berusaha meraih mayat dengan lapar. Namun, pintu lobby terlihat luas untuk kabur keluar.

Nadila menarik aku, mengajak kabur keluar mall dari pintu depan lobby yg sekarang pecah berkeping-keping dan terbuka. Aku ikut lari bersamanya, menuju area luar yg tampak lebih aman.

Dena.
Dena menungguku di parkiran bawah.

Aku berhenti mendadak, tarikan Nadila terlepas. Nadila berhenti lalu menatapku. "Sil, ayo kabur!" Katanya.

"Aku harus ketemu Dena. Dia nunggu di parkiran. Aku harus selametin Dena. Harus bareng Dena!" Kataku marah.

Nadila melihat panik ke sekitar, zombie2 mendekat. Air mata mulai berkumpul di pelupuk matanya. "Sil... Kita harus pergi sekarang. Dena..." Namun suara Nadila terpotong bentakanku.

"DENA MASIH IDUP!" Ujarku. Tapi aku juga mulai menahan tangis. Berapa kemungkinan Dena hidup?

"Sil, kita harus bareng. Kita kuat bisa selamat kalo bareng. Pikir pake logika Sil..." Suara Nadila lirih. Dan zombie makin deket.

"Sil.. Aku ikut kamu aja. Tapi kamu pilih ya dan pilih yang bener ya Sil... Kita kabur keluar sekaranf, atau lari ke parkiran bawah nyari Dena?"

Nadila bertanya menatap kepadaku. Aku melihat ke sekitar. Rombongan zombie berjalan mendekat.

Keluar dari mall penuh zombie lewat pintu lobby sekarang, atau ke parkiran bawah mencari Dena dan mobil?

BERSAMBUNG
.
.
.
.
.
.

Dan kalian yang nentuin kelanjutannya! Pilih: Aku dan Nadila selamat keluar lewat pintu lobby? Atau ke parkiran nyari Dena dan mobil?

Pilih ya! Comment di bawah. Piliha Yg terbanyak, itu akan nentuin kelanjutan cerita ini!


- Sisil Mako Mori, pilot Gipsy Danger no 48 -






画像提供は終了しました
  1. Priscillia Sari Dewi   +3

    Siiippp yang udah ikutan voting kelanjutannya gimana, aku catet ya!
    Maaf ya pada nunggu lama ep.4-nya :(

    Yuk bantuin aku milih, keluar lobby atau ke P2 di #walKingd3ad ini!