Elaine Hartanto

2014年6月27日の投稿とメンバーへのコメント

Elaine Hartanto   +258 102

Last chapter...



Aku yakin kau pasti tak ingin menyaksikannya, baiklah akan kucoba menjelaskannya. Pertama, langit terbuka, dan kulihat beratus mungkin beribu kepakan sayap hitam turun dari langit, dan ada sebuah lengkingan hebat dari istana Harish

"Kalian bocah ingusan, beraninya kalian merusak maha karyaku! Sekarang, genderang perang telah kau tabuh, rasakan akibatnya! Aku akan membunuh kalian sebelum matahari terbit"

Belati di tanganku yang sedaritadi kugenggam erat-erat mulai berpendar, kali ini bukan berwarna biru, tetapi berwarna hijau. Lengan kiriku ikut berpendar. Ada rasa takut, namun kucoba beranikan diri. Ini bukanlah saat yang tepat untuk takut.

"Untuk mengalahkan kejahatan diluar sana, kau harus membunuh rasa takutmu terlebih dahulu." Perkataan pak Toulse berlarian dibenakku, ya aku yakin, inilah akhirnya, dan aku akan segera mengakhiri kesengsaraan Keltia.

Harish berdiri dihadapan kami, dua sosok anak kecil yang hanya membawa sebuah belati dan peluit. Sungguh pemandangan yang ironis.

"Senang berjumpa lagi denganmu pengganggu kecilku, Fantine. Oh lihat, sekarang kau membawa seorang kekasih!" Ejek Harish padanya

"Diam, kau tidak dapat menyembunyikan ingatanku selamanya!" Wajah Phantasm, setidaknya aku akan tetap memanggilnya Phantasm sampai ingatannya pulih, berubah merah padam. Dengan gegabah, Phantasm berlari dengan kecepatan tinggi, aku belum pernah mengetahui kemampuannya yang satu ini, dan meninju Harish tepat di hidungnya.

Kupikir semua akan beres, namun aku salah. Harish mendapatkan Phantasm. Sekarang tinggal aku seorang diri untuk menyelamatkan semuanya. Sungguh indah, bukan?

"Oh, Fantine, sikapmu tidak pernah berubah sejak dahulu. Aku ini ayahmu, tidak sopan jika kau meninjuku!" Harish meninju Phantasm hingga dia terpental cukup jauh, disana ada seekor, mungkin aku akan menyebutnya tiga ekor ular karena sesungguhnya badan mereka satu, namun kepala mereka bercabang tiga.

"JANGAN SAKITI DIA!" Aku berteriak cukup kencang sampai-sampai Harish terdiam sebentar.

Phantasm meronta sambil melontarkan sumpah serapah, "bermimpilah kau penyihir jahat! Kau bukan ayahku. Ayahku tidak akan menyakitiku!"
Lagi-lagi, Harish menampar pipi Phantasm. Darah segar mengalir dari bibirnya yang mungil.

"Sekali lagi kukatakan padamu! Jangan berani-berani sakiti dia!" Aku berteriak dengan penuh amarah , berlari dan meninju Harish tepat di punggungnya.

"Sangat mengagumkan, hai anak manusia, waktumu telah habis. Kau sudah membawa perubahan yang membahayakan bagi posisiku. Kau harus mati."

Belati ditanganku berpendar makin terang. Aku takut, Phantasm apakah dia akan baik-baik saja? Apa aku bisa mengalahkan Harish? Tiba-tiba aku merasakan sesuatu memberontak dalam diriku. Gejolak yang tak pernah kurasakan, saat melihat Phantasm dalam bahaya.

"Kalau kau mau, ambillah darahku, tapi jangan sakiti dia, lepaskan dia!" Kalimat tersebut terlontar begitu saja.

"John, jangan, kau harus menyelamatkan Keltia!" Phantasm mencoba mengingatkanku.

"Diam! Cukup dengan drama ini. Aku suka tawaranmu, anak manusia. Roylt! Lepaskan bocah itu, namun jangan biarkan ia mendekat. Ia harus menyaksikan belahan jiwanya mati."

Aku tahu, mungkin ini adalah cara terbodoh untuk mati, namun ramalan tersebut juga berkata demikian. "Darah anak manusia harus ditumpahkan," aku tahu benar semua konsekuensinya, dan aku memilih jalan ini. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Keltia

"Sekarang, kemarilah, ucapkan salam perpisahan pada sahabat kecilmu. Ah, sudah kubilang aku akan menghabisi kalian sebelum matahari terbit."

Aku menatap mata Phantasm dan berusaha membuatnya percaya bahwa aku tidak tolol, namun hanya khawatir yang muncul dalam pancaran matanya.
"Aku mencintaimu, Fantine."

Setelah itu, aku merasakan dadaku tertembus oleh sebuah benda tajam. Kuku Harish telah menusuk tepat dibagian jantungku. Samar-samar kudengar Phantasm berteriak, dan Harish tertawa. Sekarang, aku berfokus untuk menghadapi ajalku.

Penglihatanku mulai kabur, satu persatu anggota tubuhku mulai kehilangan fungsinya. Belati ini, masih berpendar. Mungkin aku dapat melakukan sesuatu sebelum tanganku juga kehilangan fungsinya. Matahari belumlah terbit, Harish.

Dengan tenaga terakhirku, kutancapkan belati, dan sebagian darahku menetes kejantung Harish. Semua hening untuk sesaat. Harish mematung merasakan nyeri yang begitu hebat di dadanya, dan kemudian meraung-raung kesakitan.

Belati tersebut kini bersinar dengan sangat terang, disusul terurainya tubuh Harish menjadi butiran-butiran. Phantasm berlari ke arahku, syukurlah penglihatanku belum juga hilang. Dia menangis lalu meraih tanganku.
"Tolong jangan tinggalkan aku, bertahanlah"

Aku tersenyum,
"Namun cinta mampu patahkan
Ingatan yang hilang akan kaudapatkan"
Aku melengkapi rangkaian ramalan yang belum selesai itu.
"Kita bebas menulis cerita kita sendiri, selama akhirnya masih tepat."

Kulihat Keltia sudah menjadi tempat yang dahulu pernah diceritakan Phantasm. Sang ratu benar-benar hebat. Tunggu, aku sedang berada di Keltia atau di surga? Seingatku, aku sedang meregang nyawa.

Tapi, Phantasm masih tetap memelukku sambil menangis. Artinya aku masih hidup. Aku berusaha bangkit, dan ajaib! Tidak ada bekas luka di dadaku. Ini pasti berkat belati sang Ratu.

Segaris senyum tertoreh di wajah Fantine, ya mulai sekarang aku akan memanggilnya demikian, dan kau pasti tahu bukan apa yang akan terjadi selanjutnya? Tepat sekali sobat! Perpisahan.

Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Kami sadar cinta kami tak akan pernah bisa bersatu, kami berada di lain dimensi.

"Kau bisa tinggal disini dan hidup bersamaku, kita akan menjadikan Keltia dunia yang damai."

"Maaf Fantine, aku mencintaimu, namun aku juga memiliki kehidupan diduniaku. Jangan menangis, suatu saat kita akan bertemu lagi, yang kau butuhkan hanya percaya."

Ratu telah pergi, dan kini Fantine lah yang harus mengatur Keltia. Aku tahu, mungkin kisah cintaku memang tragis. Namun aku bahagia pernah bertemu dengan gadis sehebat Fantine.

Diantar oleh seluruh Keltian, dan juga Ratu mereka yang amat jelita, aku kembali dengan menggunakan mesin yang dibuat oleh Harish

Aku percaya, suatu saat nanti kami akan bertemu lagi, mungkin di kehidupan yang akan datang. Selama menunggu, aku akan terus dan terus mencintainya, sampai kesempatan itu datang lagi.



The End ^^

Makasih yang udah setia baca :)

- Elaine Hartanto -

Kwekkkk