
Next Chapter...
Hujan rintik-rintik menambah dinginnya malam di Keltia. Tepat disampingku, meringkuk seorang gadis. Oh andaikan ini bukanlah perjalanan mengerikan, aku pasti akan sangat bahagia.
"Keltia tidak pernah mengalami yang kau sebut hujan, dan malam sebelumnya. Malam begitu gelap, dan hujan begitu dingin."
"Tenang, tidurlah aku akan berjaga-jaga disekitar sini." Kataku dengan nada meyakinkan.
Phantasm bergelung didalam mantel yang kuberikan padanya dan begumam lirih "terimakasih". Senyum tipis mengembang di bibirku mengiringi tidurnya Phantasm.
Untungnya aku masih memiliki beberapa butir permen kopi, permen ini akan membantuku menyuntikkan kafein kedalam tubuhku sehingga memungkinkanku berpatroli dengan nyaman.
Bahuku terasa berdenyut-denyut. Tercium bau tak sedap dari lukaku. Kubuka perbanku dan busa berwarna hijau menghiasi sekeliling lukaku. Sedikit terkejut dan ngeri, aku membasuh lukaku di danau sekitar. Tak berapa lama, air danau tersebut berubah menjadi hijau. Aku melangkah mundur untuk memastikan jarakku cukup jauh daripadanya. Didalam benakku hanya berkelebat pertanyaan "apakah ini kutukan?"
•••
Fajar mulai menyingsing, ternyata perputaran hari di Keltia tidaklah sama seperti diduniaku. Aku menceritakan kejadian tadi pada Phantasm dan ia hanya meringis mendengar ceritaku sepanjang perjalanan menuju kota Zygror. Namun tanpa kusadari, setiap rasa sakit yang kualami tidaklah seburuk itu.
Ketika kami tiba di gerbang kota Zygror, Phantasm mematung. Wajahnya menunjukkan bahwa ia tidak menyukai kondisi ini.
"Percaya, dan kau akan melihat. Berhati-hatilah, tersesat dalam impianmu" Ada sebuah guratan samar pada sebuah penunjuk jalan disini, tentunya menggunakan bahasa inggris. Sepertinya tidak ada tanda bahaya, belatiku tak berpendar sedikitpun.
Kami berdua berjalan menyusuri kota Zygror. Burung Serpenth, yang begitu mirip dengan gagak di duniaku mengeluarkan suara yang membuat adegan ini hampir sama dengan adegan dalam cerita horror di film.
Bisa kukatakan kalau kota Zygror dipenuhi dengan kaca-kaca usang yang menambah kebingungan akan dimana jalan keluar. "Percaya, dan kau akan melihat" tiba-tiba kalimat itu bergaung ditelingaku. Aku berhenti didepan sebuah cermin, dan aku melihat sesosok gadis kecil bersama kedua orang tuanya, dan disusul oleh kejadian mengerikan.
Suka tak suka aku melihat, menyaksikan, dan sekarang aku mengerti. Keltia sedang berusaha menjelaskan apa yang tengah terjadi. Fantine, adalah Phantasm dan Ratu adalah ibunda dari Fantine, Harish lah yang telah meracuni pikiran Phantasm sehingga ia lupa akan semuanya.
"Phantasm! Dimana kau? Kini aku mengerti mengapa kau tak dapat mengingat siapa dirimu!" Aku berseru berharap mendapati sosok Phantasm, tapi aku tak menemukannya. Aku berlari, sepanjang pencarianku, aku melihat begitu banyak makhluk yang berdiri seperti orang bodoh didepan cermin memandangi impian terindahnya. Mereka semua tersesat dalam impian mereka.
Ah! Disana Phantasm, sama seperti yang lain. Memandang tepat kearah cermin tak bergeming sedikitpun. Kudengar samar-samar Phantasm bergumam, "John, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu." Jantungku terasa hampir berhenti, namun waktu kami tak banyak. Masih ada tugas yang lebih penting.
Aku mencari ide untuk mengeluarkan kami dari kota terkutuk ini. "peluit ini, pakailah saat keadaan darurat." Sepertinya Ratu mengingatkanku akan peluit itu. Kutiup kuat-kuat peluit yang tergantung di leher Phantasm, dan seketika itu juga, semua kaca di kota Zygror pecah. Semua makhluk tersadar dari sihir ini.
Kutatap wajah pucat Phantasm. Ternyata, dia juga memiliki perasaan yang sama padaku. Aku harus melindunginya dari apapun juga.
Sisa hari itu, aku berusaha menjelaskan tentang ingatan Phantasm yang hilang, dan ia tampak sedikit demi sedikit mulai memahami yang sebenarnya, namun setiap cerita yang kusampaikan membuat kondisinya semakin lemah. Hari sudah berganti malam lagi, kami beristirahat di dekat Pohon Krysole yang daunnya hampir habis, sama seperti waktu kami yang hampir habis.
•••
"Pohon Krysole tidak pernah terlihat seburuk ini," Phantasm berjalan sambil mengelus kulit pohon yang sedang meregang nyawa tersebut, "andai saja guratan itu tidak hilang, dan ada yang dapat mengartikannya, Keltia pasti akan selamat."
"Guratan apa? Apa ada hubungannya dengan yang dikatakan pak Toulse?" Aku mengeluarkan botol dengan cairan berwarna ungu dari saku bajuku.
"Hei! Darimana kau dapatkan itu? Oh tentu saja ketua kaum Toulse itu yang memberikannya, sejak awal dia begitu mempercayaimu, ah sudah, cepat waktu kita tak banyak. Oleskan dibagian ini, disinilah tempat guratan itu ada semestinya"
Tanpa banyak berkata, kuoleskan cairan berwarna ungu tersebut. Tanganku terasa panas, muncul guratan-guratan yang cukup panjang pada kulit pohon ini. Aku mengamati dengan saksama, 'bahasa inggris' pikirku. "Ya, selama ini tidak ada yang dapat mengartikannya karena.."
“Kerajaan terasing, ratu yang jelita
Tiada dusta, perih, duka, lara
Iri timbulkan petaka
Hati tulus dapat hapuskannya
Dua akan kembali
Membawa harapan yang hampir mati
Kembali dalam bahaya dan misteri
Pulihkan ingatan yang tersembunyi
Kerja sama akan terasa sulit
Keberanian kalahkan si jahat
Dengan cara yang tepat
Keltia akan selamat
Bunyi sangkakala tanda perang ditiupkan
Darah anak manusia harus ditumpahkan"
Aku mengartikan bait demi bait guratan yang muncul, Phantasm tidak bisa berkata apa-apa karena terlalu kagum kurasa. Sebelum kami sempat mengatakan sepatah kata pada satu sama lain, bunyi yang begitu keras terdengar. Entah bunyi terompet atau ledakan, namun bunyinya sangat memekakkan telinga.
Wait for the last part ^^
