Elaine Hartanto

2014年6月23日の投稿とメンバーへのコメント

Elaine Hartanto   +265 93

Next Chapter...





Kalau aku bukan seorang lelaki, mungkin aku akan berteriak dan kabur layaknya anak kecil yang menjerit akibat melihat serangga. Dibalik kain tersebut terkulai lemas seorang wanita, mungkin. Dari penampilannya aku bisa katakan bahwa ia adalah ratu, mahkota berwarna hijau masih melekat pada kepalanya, namun badannya penuh luka-luka. Belum selesai aku mendeskripsikan wanita ini, Phantasm berbicara dengan nada panik

"Ratu? Mengapa kau disini? Apa yang terjadi padamu?"

"Kau kenal dia, Phantasm?" Tanyaku yang tidak dijawab olehnya

"Ratu! Katakan padaku mengapa tubuhmu penuh luka seperti ini?"

"Syukurlah Phantasm kau menemukanku. Aku dikutuk oleh Harish, penyihir yang selama ini bertekad menghancurkan Keltia. Sekarang, aku butuh bantuan kalian untuk memulihkan kembali Keltia. Waktuku tak banyak, ajal sudah menantiku. Syukurlah kau dapat menemukanku sebelum semuanya bertambah parah, dan kau, tolong jaga Phantasm, dialah yang akan menggantikanku. Sekarang pergilah ke lantai bawah, disana ada mesin yang digunakan Harish untuk membuangku kemari. Ini, ambilah sebuah belati untukmu, dan peluit ini, pakailah saat keadaan darurat. Pergilah se..karang.. Aku tak dapat.. Ber.. Bertahan lebih lam.. Lama.. Lagi"

Wanita tersebut pingsan, dan ia terlihat 10 tahun lebih tua dari sebelumnya. Kulihat Phantasm menitikkan air mata, lalu bangkit dan segera berlari ke lantai bawah,

"Hei, tunggu! Ratu menyuruhku untuk men.."

"Diam! Saya tak butuh bantuan anda, apa yang anda tahu tentang Keltia! Tinggal..." Tubuhnya terhuyung lagi, refleks aku menangkapnya

"Sudah kubilang, kau perlu aku, izinkan aku untuk ikut bersamamu, ya?"

"Baik, jangan kacaukan semuanya"

•••

Keltia, ah negri yang aman, damai, dan tentram. Kini telah berubah menjadi kerajaan kegelapan. Makhluk yang dahulu dapat bicara, berlari, dan bernyanyi, kini tidak lagi dapat melakukannya. Harish, raja Keltia yang sekarang, telah mengubah Keltia menjadi tempat yang mengerikan. Warna warni bunga, hijaunya daun, birunya laut, dan harumnya pohon Krysole tidak lagi ada. Pohon Krysole sedang meregang nyawa, sama seperti sang Ratu.

Brak...
“Phantasm, kau baik-baik saja? Maafkan aku karena mendaratkan pesawat ini dengan kasar, aku belum pernah mengendarai ini sebelumnya.”

“Ya, aku baik saja, tempat apa ini? Keltia? Tidak mungkin! Tempat ini begitu mengerikan, tapi.,” ,matanya menyapu pemandangan mengerikan disekeliling kami, “ya, ini adalah Keltia. Itu, itu adalah pohon Krysole. Ayo cepat turun.”
Aroma kekejaman, penderitaan, kebencian, dan iri hati tercium. Dedaunan seakan menjerit ketakutan. Teror terjadi di tempat ini. Phantasm kembali menitikkan air mata, namun ia cepat menghapusnya sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun. Phantasm memang gadis yang tegar, dia sangat mengagumkan.

Belati di tanganku berpendar, mengapa? Tanyaku dalam hati. Saatku berbalik, semua pertanyaanku terjawab. Phantasm dalam bahaya, seekor singa, mungkin, dengan bulu keemasan yang berkilau, dan ekor yang begitu menakutkan, siap menembakkan duri padanya.

Tanpa dikomando, segera kudorong Phantasm menjauh dari maut tersebut, dan kurasakan sesuatu menembus bahuku. Rasa nyeri menjalar melumpuhkan tangan kiriku. Namun saat kulihat Phantasm dalam bahaya, entah dari mana kekuatan yang kuperoleh, kucabut belati pemberian ratu dari sarungnya, dan dengan kekuatan terakhirku, kutancapkan belati tersebut tepat di matanya.

Singa tersebut meraung-raung, begitu juga dengan rasa sakit yang makin berkecamuk ini. Kucabut duri yang menancap di bahuku, dan kutusukkan pada perut sang singa, dan seketika itu juga, sang singa menghembuskan nafas terakhirnya.

•••

"Tidak! Jangan rusak Keltia!"

"Diam kau anak ingusan! Aku takkan membiarkan kau merusak impianku selama ini"

"Tidak mau! Jangan paksa aku, aku tidak mau minum! Ah, sakit sekali! Kepalaku seperti terbakar"

"Anak manis, sekarang kau tak akan menghalangiku, Fantine"


Aku berusaha membuka mataku, ternyata hanya mimpi. Phantasm memegang erat tanganku, pantas saja aku mendengar percakapan tadi. Tunggu, siapa Fantine? Bukankah gadis didepanku bernama Phantasm?

"Ini adalah rumah ketua kaum Toulse, jangan takut, Harish memang keterlaluan! Kita harus bergegas untuk mengembalikan Keltia"

"Toulse? Apa itu? Apa yang sebenarnya terjadi, dan aduh.. Apa yang terjadi pada tanganku?"

"Toulse adalah sebuah kaum yang telah lama meramalkan kehancuran Keltia, kita harus segera bergegas ke istana Harish, dan tanganmu.." Phantasm menghentikan ucapannya sebentar yang lalu disambung oleh ketua kaum Toulse.

"Tanganmu akan baik saja, kau punya jiwa pemberani. Waktu sang ratu tinggal 5 hari lagi, ini ambillah, kau akan membutuhkannya untuk menyelesaikan tugas terakhirmu. Ramalan itu akan menuntunmu"

"Baik, ayo kita pergi sekarang kalau begitu, Phantasm. Terimakasih pak Toulse."

"Tunggu, anak manusia. Ingat, untuk mengalahkan kuasa kegelapan diluar sana, kau harus membunuh rasa takutmu terlebih dahulu."

Aku tercengang mendengar perkataan ketua kaum Toulse tersebut. Aku hanya dapat mengangguk. Aku dan Phantasm keluar dari rumah kecil berbentuk unik tersebut, dan bersiap menghirup kengerian di udara Keltia.

•••

Apa kau suka petualangan? Aku suka sekali petualangan, aku punya hampir puluhan game tentang petualangan. Namun kali ini aku tak sependapat, jika kau dihadapkan pada petualangan berbahaya dan dapat merenggut nyawamu sendiri, maka itu tidak akan menyenangkan. Disini akulah peran utamanya, tidak ada tombol reset, ataupun continue seperti di game, yang ada hanyalah satu nyawa yang harus menyelamatkan sebuah dunia, hebat bukan? Persis seperti di game, namun ini adalah kenyataan.

"Hei, John. Terimakasih sudah menyelamatkanku, singa yang tadi menyerangmu, sebenarnya dia adalah peliharaan ratu yang diracuni oleh Harish sehingga menjadi seperti itu. Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Eh emm.. Tidak ada, harus kemana kita sekarang?" Aku berusaha menutupi kegugupanku.

"Menurut kaum Toulse, cara tercepat menuju istana Harish adalah melewati sungai Drylene, lalu melewati kota Zygror, lalu kita akan sampai."

"Baik, mari kita selesaikan semua ini, waktu kita tidak banyak."

Singa yang menyerangku, bukanlah akhir dari kengerian ini, melainkan hanyalah awal. Saat kami mulai mendayung melintasi sungai Drylene, belatiku berpendar lagi. Aku mengawasi sekeliling kami, alih-alih akan ada ikan hiu yang keluar dan menelan kami. Mataku menyapu sekitar. Pandanganku bertumpu pada sosok yang begitu indah. Phantasm berada didepanku berusaha meraihku dalam pelukannya, jantungku berdegub kencang, namun sedetik kemudian pemandangan indah didepanku berubah menjadi pemandangan yang mengerikan disusul dengan teriakan kesakitan dari sebuah makhluk bertubuh perempuan buruk rupa, dan bagian bawah tubuhnya merupakan buntut ikan.

Phantasm, dialah yang membunuh makhluk itu dengan belatiku.
"Jangan terkecoh oleh Siren, mereka merayu dengan memberikan gambaran tentang sosok yang kau cintai, begitu jarakmu cukup dekat, kau akan menjadi santapan mereka." Katanya sambil memasukkan sumbat telinga agar kejadian yang sama tak terulang kembali. "Sosok yang kau cintai" apa, apa aku mencintai Phantasm? Tidak penting membahas tentang perasaan dalam keadaan seperti ini. Lagipula, Phantasm seperti membenciku. Satu hal yang kusadari, kerja sama sangatlah penting.



To be continued ^^