Ada yang bilang supaya aku share hasil seminar yang kuikuti. Hehe gak janji ah 😛
Minggu lalu juga aku ikut seminar tema nya 'Self Acceptance' lho, menarik.
-
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Ketika seseorang berkeinginan untuk hidup dengan menerima segala karakteristik diri nya, itu lah self-acceptance
Tapi, self-acceptance ini bisa sangat luas ya. Banyak aspek dalam diri ini yang bisa jadi karakteristik yang perlu diterima. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Seminar nya sih fokus pada masalah "Body Image"
Sesuai dengan keadaan saat ini. Disaat orang melihat media sosial untuk akhirnya membandingkan diri dengan orang lain. Atau, membandingkan diri dengan suatu hal ideal dalam lingkungan. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Body image sendiri adalah persepsi diri terhadap tubuh sendiri. Jadi, ya, penilaian pribadi.
Ketika melihat tubuh sendiri, apa sih yang dipikirin? Apa sih yang dirasakan? Apakah terima?
Selanjutnya, akan ada action dari hasil evaluasi diri tersebut. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Body image yang positif adalah
1. Self esteem:
kalau ga diri sendiri yang menghargai, ya, siapa lagi?
2. Positive attitude:
kalau merasa 'kurang', perlu ada nya komitmen untuk improve diri sendiri.
3. Emotionally stability:
adanya koneksi yg baik antara pikiran & perasaan. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Sebelum mencapai tahap positif, sebelum benar-benar bisa self-acceptance, yang paling penting punya kesadaran diri.
Tahu siapa diri kita. Tahu apa yang dipikirkan & dirasakan. Bangun! Jiwa perlu bangun untuk sadar kan?
Barulah tentuin u/ mengambil keputusan pada diri sendiri. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Sebelum bisa self-acceptance pun pasti kita akan mengalami masa-masa kacau. Ketika udah sadar siapa kita bisa jadi malah denial lah, marah pada diri sendiri, bahkan sampai depresi.
Dari situ, dengan kesadaran disertai action ya akan lanjut ke tahap 'acceptance' -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Ada cerita dari salah satu pembicara. Ia dari kecil udah dikatain "gendut". Bahkan bukan dari komen netizen yang gak dikenal (haha), tapi dari ibu nya sendiri.
Bayangin. Lingkungan yang seharusnya paling bisa nerima kita, malah paling menjatuhkan. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Saking sering nya malah bosen dan kebal. Justru dengan perkataan yang menjengkelkan, bikin tidak semangat untuk berubah.
-
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Sampai udah dewasa, konseling. Dia disuruh mikir benefit apa yang didapet sih dari tubuh nya itu.
Ya, walau dengan tubuh begitu. Buktinya sehat. Bisa beraktifitas, jalan jauh, angkat barang, dll.
Psikolog nya nyuruh ambil perspektif yang positif. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Ibu nya pun akhirnya ikut konseling. Akhirnya disuruh untuk lebih menerima dengan bahasa yang baik. Bukan cuma ngatain, tapi support. Misalnya, siapin buah-buahan, bangunin suruh jogging atau olahraga.
Ya, perlahan ia terima dirinya sambil komit untuk improve diri. -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Btw, beda ya self-acceptance dan "pasrah". Kalau pasrah, ya terima aja lah tanpa action. Kalau self-acceptance ini ya dibangun dengan kesadaran, menerima kekurangan sambil improve.
-
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Self-acceptance pun perlu balance. Kalau berlebihan juga tidak baik, takutnya saking menerima diri jadi tertutup dari nasihat orang. Terlalu mikirin pendapat orang juga nanti gak jadi self-acceptance.
-
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Intinya sih, kenalin diri. Menyadari diri. Kalau emang punya kekurangan, berusaha untuk improve. Sharing dengan orang terdekat. Bersyukur akan hal yang dimiliki.
💙 -
Beby Chaesara A@bebyJKT48 Jangan lupa juga, hati-hati bicara tentang orang apalagi masalah tubuh nya. Ada orang yang pas ketemu malah "eh kamu kurusan ya/ gendutan ya" bukannya nanyain "gimana kabarnya?"
Jadi, sadar diri dan lingkungan sekitar juga. Support orang untuk bisa mencintai diri mereka sendiri.


